Fase 1 Inflight Test Rudal Anti-Kapal AGM-158C LRASM pada F/A-18E/F Super Hornet Selesai - Radar Militer

12 Januari 2016

Fase 1 Inflight Test Rudal Anti-Kapal AGM-158C LRASM pada F/A-18E/F Super Hornet Selesai

F/A-18E/F Super Hornet
F/A-18E/F Super Hornet 
NAVAIR (Naval Air Systems Command) Angkatan Laut AS baru saja merilis gambar baru yang menunjukkan Super Hornet dari fasilitas Air Test and Evaluation Squadron (VX) 23 di Patuxent River membawa model Long-Range Anti-Ship Missile (LRASM) pada uji penerbangan tanggal 6 Januari diatas Patuxent River, Maryland. Penerbangan ini menyelesaikan tahap pertama dari inflight loads testing (pengujian beban terbang) untuk program senjata tersebut. Dengan selesainya load testing tersebut, AL AS sekarang akan fokus pada pengujian kebisingan dan getaran.
Pada bulan Agustus 2015, Angkatan Laut Amerika Serikat mulai pengujian integrasi awal Long-Range Anti-Ship Missile (LRASM) ke F/A-18E/F Super Hornet di fasilitas Air Test and Evaluation Squadron (VX) 23 di Patuxent River.
Dibuat berdasarkan airframe Lockheed Martin JASSM (Joint Air-to-Surface Standoff Missile) yang sudah proven, AGM-158C LRASM juga punya pengkodean yang mirip dengan varian rudal serang darat-nya, yaitu AGM-158A yang merupakan kode bagi JASSM dan AGM-158B yang merupakan kode versi extebded range-nya, JASSM-ER.
Upaya integrasi dan pengujian penerbangan akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan di NAS Patuxent River and Naval Air Weapons Station China Lake untuk mengesahkan LRASM untuk operasi penerbangan pada pesawat. Ketika operasional nanti, LRASM akan memberikan kemampuan anti kapal permukaan yang fleksibel, jarak jauh, canggih terhadap sasaran laut dengan tingkat ancaman tinggi. LRASM diatur akan digunakan pada pesawat bomber B-1B pada tahun 2018 dan pesawat tempur F/A-18 E/F pada tahun 2019.
LRASM adalah rudal jelajah jarak jauh subsonik yang dirancang dengan jangkauan dan survivabilitas yang lebih baik daripada senjata anti-kapal yang ada saat ini. Rudal ini dibawa dengan sayap dan ekor terlipat dan kemudian baru bekerja setelah rudal tersebut dilepaskan dari pesawat. Program pengembangan rudal ini merupakan upaya bersama dari Defense Advanced Research Projects Agency, Naval Air Systems Command dan Angkatan Udara Amerika Serikat.

Sumber : http://navyrecognition.com/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb