![]() |
Lapan Kaji Dua Lokasi untuk Bandar Antariksa |
Indonesia telah meluncurkan satelit karya anak bangsa. Namun peluncurannya masih menggunakan wahana peluncur dan bandar antariksa di luar negeri. Oleh karenanya, mimpi Indonesia memiliki bandar antariksa sendiri perlu diwujudkan.
Tahun lalu misalnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) meluncurkan satelit Lapan A2 dan tahun 2016 telah pula meluncurkan Lapan A3 dari India.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan, berdasarkan amanat UU No 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan menyebutkan kegiatan keantariksaan termasuk di dalamnya peluncuran wahana antariksa. Terkait hal itu memerlukan bandar antariksa yang juga diatur dalam UU Keantariksaan itu.
Lokasi bakal bandar antariksa pun terus dikaji. Dua lokasi pilihan yang sudah mulai dijajaki yakni Biak Papua dan Morotai Maluku Utara.
"Plus minus dua lokasi itu sedang dikaji secara komprehensif," katanya di Jakarta, Senin (22/8).
Meski sedang mengkaji, Thomas mengungkapkan, waktu pembangunannya belum ditentukan.
Pembangunan diperkiraan mencapai 5-10 tahun, bergantung ketersediaan dana dan kerja sama dengan mitra internasional.
Untuk membangun bandar antariksa butuh proses panjang. Brazil contohnya membutuhkan perjalanan waktu lebih dari 10 tahun.
Idealnya bandar antariksa merupakan daerah tertutup yang luas dan jauh dari populasi penduduk karena menyangkut faktor kerahasiaan dan keselamatan. Selain itu, sebuah bandar antariksa juga memerlukan keberadaan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi, sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan sumber daya manusia di lokasi tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi juga harus dipertimbangkan seperti sedapat mungkin dekat dengan garis khatulistiwa, tidak ada konflik terhadap tanah yang akan dijadikan sebagai lokasi bandar antariksa, menghadap ke laut bebas, ada ruang kosong atau bebas di area menuju ke laut.
"Fasilitasnya pun harus terintegrasi yakni fasilitas peluncuran, fasilitas operasional dan fasilitas transportasi," ucapnya.
Dalam membangunnya pun masih diperlukan kerja sama dengan mitra internasional yang sudah berpengalaman.
Thomas melanjutkan, ditargetkan bandar antariksa menjadi fasilitas peluncuran satelit dari wilayah ekuator, baik untuk satelit Indonesia maupun satelit internasional dalam kerangka kerja sama atau komersialisasi.
Saat ini Indonesia belum mempunyai bandar antariksa dan wahana peluncur satelit sehingga satelit buatan Indonesia masih diluncurkan dengan menggunakan wahana peluncur di negara lain.
Di dunia tercatat beberapa negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri termasuk mampu membuat kendaraan peluncur antara lain Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Tiongkok, India, Israel, dan Ukraina.
Terkait lokasi bandar antariksa sejauh mungkin dari wilayah berpenduduk padat, kondisi iklim dan cuaca mendukung untuk peluncuran roket peluncur satelit, lokasi landasan luncur sedapat mungkin berada di daerah yang tinggi sehingga bebas air pasang dan tsunami serta tanahnya keras atau karang.
Di samping itu syarat lain yang sangat penting adalah sebaiknya terdapat sungai yang dekat dengan bandar antariksa, ada akses transportasi umum, ada persediaan air tawar, listrik, dan akses komunikasi, bebas dari jalur penerbangan serta jauh dari tower listrik tegangan tinggi.
Sumber : http://www.beritasatu.com/sains/381183-lapan-kaji-dua-lokasi-untuk-bandar-antariksa.html
Tahun lalu misalnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) meluncurkan satelit Lapan A2 dan tahun 2016 telah pula meluncurkan Lapan A3 dari India.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan, berdasarkan amanat UU No 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan menyebutkan kegiatan keantariksaan termasuk di dalamnya peluncuran wahana antariksa. Terkait hal itu memerlukan bandar antariksa yang juga diatur dalam UU Keantariksaan itu.
Lokasi bakal bandar antariksa pun terus dikaji. Dua lokasi pilihan yang sudah mulai dijajaki yakni Biak Papua dan Morotai Maluku Utara.
"Plus minus dua lokasi itu sedang dikaji secara komprehensif," katanya di Jakarta, Senin (22/8).
Meski sedang mengkaji, Thomas mengungkapkan, waktu pembangunannya belum ditentukan.
Pembangunan diperkiraan mencapai 5-10 tahun, bergantung ketersediaan dana dan kerja sama dengan mitra internasional.
Untuk membangun bandar antariksa butuh proses panjang. Brazil contohnya membutuhkan perjalanan waktu lebih dari 10 tahun.
Idealnya bandar antariksa merupakan daerah tertutup yang luas dan jauh dari populasi penduduk karena menyangkut faktor kerahasiaan dan keselamatan. Selain itu, sebuah bandar antariksa juga memerlukan keberadaan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi, sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan sumber daya manusia di lokasi tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi juga harus dipertimbangkan seperti sedapat mungkin dekat dengan garis khatulistiwa, tidak ada konflik terhadap tanah yang akan dijadikan sebagai lokasi bandar antariksa, menghadap ke laut bebas, ada ruang kosong atau bebas di area menuju ke laut.
"Fasilitasnya pun harus terintegrasi yakni fasilitas peluncuran, fasilitas operasional dan fasilitas transportasi," ucapnya.
Dalam membangunnya pun masih diperlukan kerja sama dengan mitra internasional yang sudah berpengalaman.
Thomas melanjutkan, ditargetkan bandar antariksa menjadi fasilitas peluncuran satelit dari wilayah ekuator, baik untuk satelit Indonesia maupun satelit internasional dalam kerangka kerja sama atau komersialisasi.
Saat ini Indonesia belum mempunyai bandar antariksa dan wahana peluncur satelit sehingga satelit buatan Indonesia masih diluncurkan dengan menggunakan wahana peluncur di negara lain.
Di dunia tercatat beberapa negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri termasuk mampu membuat kendaraan peluncur antara lain Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Tiongkok, India, Israel, dan Ukraina.
Terkait lokasi bandar antariksa sejauh mungkin dari wilayah berpenduduk padat, kondisi iklim dan cuaca mendukung untuk peluncuran roket peluncur satelit, lokasi landasan luncur sedapat mungkin berada di daerah yang tinggi sehingga bebas air pasang dan tsunami serta tanahnya keras atau karang.
Di samping itu syarat lain yang sangat penting adalah sebaiknya terdapat sungai yang dekat dengan bandar antariksa, ada akses transportasi umum, ada persediaan air tawar, listrik, dan akses komunikasi, bebas dari jalur penerbangan serta jauh dari tower listrik tegangan tinggi.
Sumber : http://www.beritasatu.com/sains/381183-lapan-kaji-dua-lokasi-untuk-bandar-antariksa.html