Pertarungan Berat CIA Melawan Rusia di Suriah - Radar Militer

08 Agustus 2016

Pertarungan Berat CIA Melawan Rusia di Suriah

Pesawat Tempur SU-24 Rusia
Pesawat Tempur SU-24 Rusia

Militer Suriah terpukul tahun lalu, saat ribuan milisi oposisi bergerak di wilayah basis-basis kekuatan pemerintah. Kelompok oposisi dibantu misil antitank yang disuplai Badan Intelijen AS (CIA) dan Arab Saudi.
Penilaian intelijen yang sampai ke Washington menyebut Presiden Bashar al-Assad mulai kehilangan kekuasaan.
Namun situasi berubah saat Rusia tiba membantu langsung Assad. Dengan bantuan serangan udara Rusia, pasukan Suriah memukul mundur milisi yang dibantu CIA.
Salah satu komandan oposisi di Aleppo mengatakan, pengiriman senjata misil antitank dari CIA kini semakin menyusut.
Seperti dikutip New York Times, untuk pertama kali sejak perang Afghanistan di era 1980-an, militer Suriah secara langsung terlibat pertempuran dengan milisi dukungan CIA.
Dalam konflik di Afghanistan, CIA juga menyuplai pejuang melawan pemerintah yang didukung Soviet. Namun kondisi saat ini berbeda. "Rusia saat ini memenangkan perang proksi, setidaknya untuk saat ini," ujar Michael Kofman, pengamat dari Woodrow Wilson Center di Washington.
Kemenangan Rusia di Suriah membuat Moskow memiliki posisi daya tawar baru di konflik Timur Tengah. Pemerintahan Presiden AS Barack Obama melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Vladimir Putin tentang rencana koordinasi intelijen melawan ISIS dan kelompok radikal lain.
Kendati demikian, Obama meragukan kerja sama dengan Rusia akan berhasil. "Saya tak yakin, kita bisa memercayai Rusia atau Vladimir Putin," ujar Obama dalam keterangan pers Kamis lalu. "Kapanpun Anda mencoba mencapai kesepakatan dengan individu atau negara seperti itu, Anda harus berada posisi skeptimisme," ujarnya.
Pada saat yang sama, sejumlah pengamat militer lain menilai Putin telah membebani Rusia dengan ketidakmampuan pasukan Suriah untuk mengalahkan pemberontak. Mereka terjebak dalam konflik tak berkesudahan Suriah.
Rusia telah menggelar kampanye serangan udara di Suriah sejak September lalu. Serangan dilakukan setelah oposisi yang dibantu CIA memenangkan pertempuran di Idlib, Hama dan Provinsi Latakia di utara Suriah.
Salah satu ganjalan yang dihadapi Washington yakni para oposisi kerap bergerak bersama dengan kelompok Fron Nusra yang berafiliasi dengan Alqaidah.
Juru bicara CIA menolak berkomentar tentang bantuan AS ke pemberontak Suriah. Namun Letnan Kolonel Fares al-Bayyous, mantan teknisi penerbangan yang memimpin kelompok Fursan al-Haq mengatakan dalam wawancara Mei 2015, kelompoknya akan menerima kembali senjata antitank setelah misil digunakan. "Kami meminta amunisi dan misil, dan kita mendapat lebih dari yang kita minta," ujarnya.
Pemerintah Obama telah secara tegas melarang Fron Nusra menerima bantuan senjata dan pelatihan. Kendati demikian, kelompok Nusra tampak memiliki kekuatan lebih dibandingkan milisi yang disokong CIA.
Sekitar 600 marinir Rusia telah mendarat di Suriah dengan misi untuk melindungi pangkalan di Latakia. Jumlah pasukan darat meningkat hingga 4.000 personel, termasuk ratusan tentara khusus Rusia.
CIA mencoba untuk mengantisipasi intervensi Rusia, Mereka mengirimkan ratusan misil TOW ke aliansinya. Salah satu komandan pemberontak mengatakan, pada Oktober, kelompoknya berhasil mendapatkan sebanyak apapun misil yang mereka inginkan.
Namun Rusia sulit dihentikan karena mereka melancarkan serangan langsung dengan jet tempor, helikopter serbu, misil penjelajah yang memberi jalan bagi pasukan Assad untuk merebut wilayah pemberontak. Senjata CIA tetap mengalir, tapi jumlahnnya terlalu sedikit untuk menghentikan serangan maju Rusia.
Jeffres White, mantan pejabat di Badan Intelijen yang fokus dalam studi Suriah mengatakan, Rusia telah mampu membangun jaringan intelijen di Suriah. Hal itu membuat mereka lebih mampu menguasai medan di lapangan. Serangan jet Rusia bisa menyasar lebih tepat dan efektif dalam menghancurkan pemberontak.
Kini Rusia membantu pasukan Assad untuk mengambil wilayah Aleppo. Kota terbesar kedua yang menjadi basis oposisi. Mereka dikabarkan juga menyerang fasilitas rumah sakit di kota tersebut.
Sementara kelompok oposisi yang disokong CIA sedang terjepit. Seorang komandan Mayor Mousa al-Khalad yang membantu pemberontak di Idlib dan Aleppo mengaku kelomok tak menerima bantuan misil sejak dua pekan.
"Kami meminta misil TOW untuk di garda depan Aleppo, namun belum ada respons" ujarnya.
Sumber : http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/16/08/08/objydx377-pertarungan-berat-cia-melawan-rusia-di-suriah-part3

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb