![]() |
Menlu AS dan Rusia |
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov, meminta Menlu Amerika Serikat (AS) John Kerry, untuk tetap memegang komitmennya memerangi kelompok ekstremis di Suriah. Penggempuran juga menurutnya harus ditingkatkan, karena mereka terbukti sudah semakin gencar menggunakan gas beracun dalam serangannya.
Pesan tersebut disampaikan Menlu Rusia dan As lewat sambungan telefon. Pembicaraan diplomatik ini terjadi pada Jumat 5 Agustus waktu setempat. Sehari setelah Moskow melontarkan kritik keras kepada Washington, terkait aksi pasukan koalisi antiteror mereka di Suriah.
Rusia menuduh AS mendukung para pemberontak rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang diyakini telah menyerang warga sipil dengan gas beracun. Tudingan sebaliknya juga dilayangkan AS. Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama juga menyatakan keraguannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Obama tidak percaya dengan niat kerjasama yang ditawarkan Rusia dalam memerangi kelompok teroris di Suriah. Meski begitu, Gedung Putih meyakinkan, masih membuka kemungkinan untuk melakukan kerjasama militer dengan Kremlin.
“Kami yakin pendekatan ini masih berharga untuk dikejar. Tapi ya, kita lihat saja ke depannya nanti akan tercapai atau tidak,” kata juru bicara Kemenlu AS, John Kirby, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (6/8/2016).
Kirby mengungkap, Kerry saat ini sedang mengajukan kerja sama militer yang berisi perjanjian gencatan senjata, membangun pusat informasi intelijen bagi kedua negara. Dengan tujuan, menyatukan sasaran serangan udara. Selain itu, Kerry juga meminta Rusia untuk melarang pasukan Suriah menyerang kelompok pemberontak yang bersekutu dengan AS.
Terkait hasil pembicaraan antar kedua Menlu, pejabat lain yang tidak ingin disebutkan namanya, mengungkap kemajuan diskusi saat ini diambil alih oleh pertempuran sengit yang terjadi di Aleppo. Para pemberontak mencoba menerobos batas wilayah yang dikuasai pemerintah, agar tersambung dengan teritori mereka di barat Suriah.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/08/06/18/1456802/saling-curiga-menlu-as-dan-rusia-bahas-suriah-lewat-telefon
Pesan tersebut disampaikan Menlu Rusia dan As lewat sambungan telefon. Pembicaraan diplomatik ini terjadi pada Jumat 5 Agustus waktu setempat. Sehari setelah Moskow melontarkan kritik keras kepada Washington, terkait aksi pasukan koalisi antiteror mereka di Suriah.
Rusia menuduh AS mendukung para pemberontak rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang diyakini telah menyerang warga sipil dengan gas beracun. Tudingan sebaliknya juga dilayangkan AS. Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama juga menyatakan keraguannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Obama tidak percaya dengan niat kerjasama yang ditawarkan Rusia dalam memerangi kelompok teroris di Suriah. Meski begitu, Gedung Putih meyakinkan, masih membuka kemungkinan untuk melakukan kerjasama militer dengan Kremlin.
“Kami yakin pendekatan ini masih berharga untuk dikejar. Tapi ya, kita lihat saja ke depannya nanti akan tercapai atau tidak,” kata juru bicara Kemenlu AS, John Kirby, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (6/8/2016).
Kirby mengungkap, Kerry saat ini sedang mengajukan kerja sama militer yang berisi perjanjian gencatan senjata, membangun pusat informasi intelijen bagi kedua negara. Dengan tujuan, menyatukan sasaran serangan udara. Selain itu, Kerry juga meminta Rusia untuk melarang pasukan Suriah menyerang kelompok pemberontak yang bersekutu dengan AS.
Terkait hasil pembicaraan antar kedua Menlu, pejabat lain yang tidak ingin disebutkan namanya, mengungkap kemajuan diskusi saat ini diambil alih oleh pertempuran sengit yang terjadi di Aleppo. Para pemberontak mencoba menerobos batas wilayah yang dikuasai pemerintah, agar tersambung dengan teritori mereka di barat Suriah.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/08/06/18/1456802/saling-curiga-menlu-as-dan-rusia-bahas-suriah-lewat-telefon