![]() |
Team Six US Navy SEALs |
Amerika Serikat untuk pertama kalinya menurunkan pasukan elit SEAL pembunuh Osama bin Laden, pemimpin Al Qaedah, dalam latihan perang bersama dengan Korea Selatan di perairan Semenanjung Korea.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah mengirimkan kapal induk dan drone penyerang untuk ikut latihan perang tahunan bersama Korea Selatan.
Seperti yang dilansir Independent pada 16 Maret 2017, pasukan elit Amerika Serikat yang disebut SEAL Team Six tersebut akan bergabung dengan pasukan elit angkatan darat dan laut atau Foal Eagle dalam latihan militer dengan pasukan Korea Selatan.
Menurut pejabat Korea Selatan, penerjunan tim Navy SEAL dalam latihan militer bersama dengan Korea Selatan bertujuan memberikan pesan yang kuat bagi Korea Utara.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan SEAL Team Six akan berlatih khusus untuk menghancurkan senjata pemusnah massal dan membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam latihan perang bersama.
"Sejumlah besar pasukan operasi khusus Amerika Serikat akan ambil bagian dalam latihan militer besama tahun ini dan siap untuk memberangus fasilitas militer utama Korea Utara," kata pejabat Kemetrian Pertahanan Korea Selatan.
Dalam rencana latihan bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan, Foal Eagle akan melakukan simulasi serangan jet tempur F-35 ke kawasan nuklir Korea Utara.
Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat, Gary Ross membantah pasukannya berlatih untuk membunuh pemimpin Korea Utara. "Foal Eagle dirancang untuk meningkatkan kemampuan tempur aliansi Korea-Amerika Serikat," katanya.
Ross juga tidak menanggapi tentang pasukan elit Navy SEAL bergabung dalam latihan perang bersama Korea Selatan. Ia hanya mengatakan bahwa terdapat pasukan operasi khusus atau SOF yang diturunkan.
Sebelumnya, Korea Utara telah memberikan peringatan keras terkait latihan gabungan militer tersebut. Korea Utara bersumpah akan memberikan seragan tanpa ampun jika kapal induk Amerika Serikat USS Carl Vinson melanggar wilayah kedaulatannya.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis berada dalam kondisi perang karena Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Berbagai teror dan saling unjuk kekuatan militer dilakukan sejak itu. Yang terakhir Korea Utara menembakan empat rudal balistik, tiga d antaranya jatuh di wilayah laut Jepang. Peluncuran rudal itu sebagai bentuk protes terhadap latihan militer bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat tersebut.
Sumber : https://dunia.tempo.co/