![]() |
F-16C/D AU AS Jalani Program SLEP |
Ini pasti kabar gembira bagi anda pecinta keluarga F-16 Fighting Falcon. Generasi pesawat tempur multi peran yang terbang pertama kali pada 20 Januari 1974 tersebut dipastikan masih akan terbang setidaknya sampai tahun 2050, atau lebih dari tiga dekade mendatang, menjadikan F-16 sebagai salah satu pesawat tempur dengan masa dinas aktif paling lama dalam sejarah kemiliteran.
Hal ini dimungkinkan setelah AU AS menyelesaikan studi mengenai perpanjangan umur airframe dari F-16, yang berujung pada keputusan untuk menaikkan batas umur desain F-16 dari 8.000 jam terbang menjadi 12.000 jam terbang. Keputusan ini berarti bahwa F-16 Block 42 dan 50 yang ada di AU AS dapat dioperasikan minimal sampai tahun 2048 sesuai dengan jam terbang operasional normal yang terpakai dalam setahun. Studi yang sama juga memproyeksikan biaya pengoperasian F-16 yang akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia pakai tersebut.
Studi terkait perpanjangan umur operasi F-16 tersebut sudah dilaksanakan selama 7 tahun antara AU AS yang bekerjasama dengan Lockheed Martin selaku pabrikan. F-16 yang menjadi subjek studi adalah F-16C Block 50 yang sudah melewati atau menjalani program SLEP (Service Life Extension Program) yang meliputi perkuatan struktur terutama di sisi atas fuselage, sambungan dengan sayap (wing support), sirip vertikal, pemasangan desain sayap baru, serta dudukan mesin. 24 unit F-16C/D Block 52ID yang dibeli TNI AU juga sudah menjalani program modifikasi serupa pada saat regenerasi dari AMARG.
Selama 7 tahun tersebut, F-16 dipelajari ulang di mana dilakukan sejumlah pengujian yang meliputi 32 seri stress test dengan peralatan instrumentasi statik yang menyimulasikan beban yang diterima selama 27.713 jam terbang. Airframe F-16C tersebut dihadapkan pada beberapa kali kondisi di mana beban puncak maksimal dikenakan ke airframe untuk menunjukkan bahwa airframe tersebut masih memiliki kemampuan untuk beroperasi dalam seluruh kemampuan normalnya.
Seakan belum cukup, airframe F-16C tersebut masih dibongkar kembali dan diperiksa komponen demi komponennya untuk mencari jejak-jejak keausan yang membahayakan.
Hasil studi yang divalidasi oleh AU AS ini menjadi penting karena dua sebab. Yang pertama, AU AS memang tengah menimbang-nimbang untuk menggantikan F-15C/D yang digunakan Air National Guard dengan F-16C/D yang ditingkatkan kemampuannya dengan radar AESA dan sistem elektronik baru demi menekan biaya operasi.
Dengan hasil studi tersebut, AU AS pun memutuskan akan memesan program SLEP untuk lebih dari 300 unit F-16C/D yang ada di jajarannya untuk menaikkan umur pakainya menjadi 12.000 jam terbang. Walaupun keputusan memensiunkan F-15 masih prematur, namun keputusan untuk melaksanakan SLEP ini membuat langkah F-16C/D sebagai pilihan utama ini selangkah lebih dekat ke realisasi. Biaya SLEP untuk F-16C/D juga akan lebih murah dibandingkan program serupa untuk F-15C/D yang sebuahnya bisa menelan biaya US$30 hingga 40 juta.
Sementara faktor kedua, hasil studi AU AS ini akan membantu Lockheed Martin untuk terus berjualan F-16 terutama versi terbaru seperti F-16V ke negara-negara pembeli potensial seperti Taiwan dan India. Kedua negara itu sementara ini masih maju-mundur dengan proposal-proposal penjualan jet tempur ikonik tersebut. Hal itu sekaligus memancing calon pembeli baru yang membutuhkan jet tempur dengan biaya operasional yang murah tetapi kapabilitas pesawat tempur generasi 4,5++ yang mampu menjawab tantangan jaman. Terbanglah terus, elang penempur! Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.grid.id/