![]() |
USS Michael Monsoor (DDG 1001) |
Kapal perusak terbaru AS, USS Michael Monsoor (DDG 1001) atau yang dikenal juga dengan Zumwalt Class yang baru masuk ke tahap uji laik laut seperti dilansir beberapa sumber pada (7/12), ditimpa kemalangan. Baru satu hari meninggalkan galangan kapal pembuatnya, Bath Iron Works di Maine pada 4 Desember, kapal perang ini harus balik ke kandang setelah pengujian sistem propulsi dan elektriknya mengalami kegagalan saat diujicoba dengan kekuatan penuh pada 5 Desember 2017.
USS Michael Monsoor (DDG 1001) mengalami kendala pada kerusakan salah satu kawat induksi yang menyebabkan kegagalan pada seluruh sistem elektrikal kapal perang tersebut. Kawat induksi atau harmonic filter tersebut bertugas untuk mencegah fluktuasi tenaga listrik yang tak terkendali, sehingga kerusakan menyebabkan kapal tak bisa digunakan pada kecepatan penuh.
Akibat kerusakan tersebut, USS Michael Monsoor (DDG 1001) terpaksa kembali ke galangan kapal Bath Iron Works dengan tenaganya sendiri. Perbaikan dengan segera dilakukan oleh galangan untuk mengejar jadwal penyerahan kapal perang ini ke AL AS yang rencananya akan dilakukan pada bulan Maret 2018.
Kapal perusak USS Zumwalt (DDG 1000) sendiri didesain dengan sistem propulsi elektrik yang ditenagai dengan dua mesin Rolls Royce MT-30 dan dua mesin sekunder MT-5. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh Integrated Power System dapat menyediakan tenaga sebesar 75 megawatt, setara dengan satu kapal induk nuklir AL AS dan didesain untuk menyediakan konsumsi tenaga yang dibutuhkan oleh sistem sensor dan persenjataan secara memadai.
Satu kapal perusak Zumwalt Class didesain untuk membawa delapan Mk57 VLS (Vertical Launch Tube System) yang dapat mengusung satu sampai empat rudal per selnya, mulai dari SM-1, SM-2, dan SM-6 dan rudal jelajah Tomahawk, tergantung profil misi yang akan dilaksanakan.
Kapal perusak ini juga dilengkapi dengan meriam ganda AGS (Advanced Gun System) 155mm L62 yang mampu melontarkan amunisi jarak jauh LRLAP (Long Range Land Attack Projectile) untuk menyapu pantai bagi pendaratan pasukan amfibi. Meriam tersebut dapat disimpan apabila kapal tidak dalam mode tempur untuk meminimalkan RCS (radar cross section). (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/