![]() |
Letkol Inf Antoni Chandra Listyanto |
Pergantian pucuk pimpinan pada sebuah satuan merupakan hal biasa. Setelah menjabat selama 14 bulan, Letnan Kolonel (Letkol) Inf Hipni Maulana Farhan resmi digantikan Letkol Inf Antoni Chandra Listyanto sebagai Komandan Kodim 0907/Tarakan.
Letkol Inf Antoni Chandra Listyanto mengaku telah menginjak sebanyak dua kali di Tarakan sebelum bertugas sebagai Dandim. Kunjungan pertama pada 2007. Latihan terjun di Juata. Diakuinya, saat itu Tarakan masih sangat sepi. Kunjungan kedua pada 2016, pria yang akrab disapa Candra ini dalam persiapan pasukan dengan tugas pembebasan terhadap sandera warga negara Indonesia (WNI) yang diculik kelompok Abu Sayyaf.
“Tarakan sangat berbeda saat ini dari kunjungan pertama saya, dulu sangat sepi, dan kedua kalinya ke sini sudah mulai ramai. Dan sekarang sudah sangat ramai,” tuturnya.
Sebelum berada di Tarakan, ia bertugas di Batalyon Infanteri Para Raider 501/Bajra Yudha di Madiun. Ia menjabat sebagai Danyon selama 16 bulan. Selama 9 bulan di daerah operasi Papua. Sisanya di Madiun, termasuk 5 bulan persiapan ke daerah operasi. 11 Oktober 2017 hingga Februari 2018, berangkat operasi ke Papua, dan pulang pada Desember 2018. Pada 25 Januari 2019, ia menerima surat perintah untuk menjadi Dandim 0907 di Tarakan.
Selama menjabat menjadi Danyon, diakuinya setiap prajurit yang ada selalu mendukung. Sehingga Chandra juga mendapatkan predikat satuan tugas pengamanan perbatasan (Satgas Pamtas) terbaik TNI AD pada 2018 dari 9 batalyon yang ada. Itu semua tidak pernah lepas dari dukungan dari prajurit dan perwira yang ada membantu bekerja dengan kesetiaan yang tinggi, moralitas dan mentalitas yang baik.
“Bukan karena saya, tetapi karena kinerja mereka yang membuat satuan itu mendapatkan predikat satuan yang baik,” ujarnya.
Lama berada di Kostrad, di Tarakan ia mengaku masih ‘meraba-raba’. Di kostrad, tugas seseorang sangat jelas. Di Batalyon, jelas untuk instruksi dan perintah. Berbeda dengan di Tarakan, yang harus lebih banyak belajar. Karena yang dihadapi, selain prajurit juga adalah masyarakat sekitar yang perlu sentuhan humanis. Komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat juga harus dibangun selain dengan prajurit.
Chandra juga akan melanjutkan tugas dari setiap senior-senior yang lalu, agar bagaimana menjalan dan menggagas tugas serta kebijakan yang ada di Tarakan. Berhadapan dengan tahun politik saat ini, komitmen Panglima TNI Marsekal Hadi Tjanjanto sudah tegas bahwa TNI harus menjunjung tinggi netralitas yang harus dijaga dan diyakinkan pada masyarakat.
Selanjutnya juga akan menggalang kerja sama dan koordinasi dengan seluruh unsur yang ada di Tarakan, baik instansi militer, tokoh agama, masyarakat, adat, pemuda, dan Pemerintah Kota Tarakan. Karena pihaknya tentu harus menjaga stabilitas wilayah, baik dari segi kondusifnya, keamanan, dan kenyamanan. Sehingga akan berusaha dengan baik, dan mensejahterakan masyarakat.
“Menghindari konflik-konflik sekecil apa pun, baik antara aparat dan masyarakat, aparat dengan aparat, maupun masyarakat dengan masyarakat,” ungkapnya.
Konflik harus dicegah agar tidak membesar. Sehingga menjalin komunikasi dengan setiap unsur masyarakat harus terjalin dengan baik agar tidak sampai terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Seperti yang dilakukan di daerah operasi Papua, program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Saya sudah berkeliling di koramil-koramil, dan bertanya tentang potensi di Tarakan yang bisa dikembangkan. Lalu kesulitan masyarakat yang bisa dibantu,” tambahnya.
Untuk mewujudkannya, tentunya harus langsung bertemu dengan masyarakat. Meski bukan menjadi tugas utama pihaknya, 8 wajib TNI pada poin ke-8, prajurit TNI harus ikut membantu kesulitan rakyat yang ada di sekitarnya. Sehingga itu menjadi pedoman yang dilakukan. (***/lim)
Sumber : kaltara.prokal.co