![]() |
Militer AS-Korsel |
Pentagon menyatakan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) sepakat mengakhiri latihan militer gabungan skala besar.
Pelaksana Kepala Pentagon Patrick Shanahan telah berbicara dengan Korsel pada Sabtu (2/3) dan mereka sepakat menyesuaikan program latihan kedua negara. ”Dua pihak menjelas kan bahwa Aliansi memutuskan menyesuaikan program latihan kita, mencerminkan keinginan kita mengurangi ketegangan dan mendukung upaya diplomatik kita mencapai denuklirisasi penuh Semenanjung Korea hingga bisa diverifikasi seluruhnya,” kata pernyataan Pentagon dilansir Reuters.
Militer Korsel juga mengeluarkan pernyataan serupa yang mengonfirmasi rencana mengakhiri latihan militer gabungan musim dingin. Perwakilan Khusus untuk Perdamaian dan Masalah Keamanan Semenanjung Korea Lee Dohoon berencana mengunjungi AS pekan depan untuk bertemu para pejabat AS membahas konferensi tingkat tinggi (KTT) AS-Korea Utara (Korut) kedua serta agenda masa depan.
Pentagon menjelaskan, AS dan Korsel sepakat dengan de-sain baru latihan Pos Komando dan merevisi program latihan lapangan. Para pejabat AS sejak lama menyatakan skala latihan musim semi yang disebut Foal Eagle dan Key Resolve itu akan dikurangi.
Reuters dan media lain melaporkan bahwa pengumuman itu akan segera dirilis secara resmi. Untuk mendorong perundingan, AS dan Korsel menghentikan sejumlah latihan militer sejak KTT pertama antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.
Kepala Staf Gabungan Korsel dan Komando Pasukan Gabungan Korsel-AS menyatakan kedua negara akan menggelar latihan militer pada 4-12 Maret. Latihan militer Dong Maeng atau Aliansi itu telah dimodifikasi dari latihan musim semi sebelumnya, Key Resolve dan Foal Eagle, serta fokus pada aspek taktis, operasional, strategis operasi militer umum di Semenanjung Korea.
”Latihan Dong Maeng memberi kita peluang untuk berlatih dengan Korsel, AS, dan Mitra Negara Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Chairman Kepala Staf Gabungan Jenderal Park Hanki dan Komandan Komando Pasukan Gabungan AS-Korsel Jenderal Robert B Abrams.
Jenderal Robert menambahkan, ”Penting bagi tentara profesional melatih dan menjaga standar kesiapan. Latihan itu penting dalam menjaga dan memperkuat aliansi.” Di Vietnam pekan ini, KTT kedua Trump dan Kim berakhir tanpa kesepakatan untuk pemulihan sanksi Korut dengan imbalan menyerahkan program nuklirnya.
Trump juga menanggapi kritik dari orang tua mahasiswa AS yang meninggal setelah 17 bulan dipenjara Korut, Otto Warmbier. Orang tua Warmbier protes saat Trump mengatakan dalam konferensi pers di Hanoi bahwa dia yakin Kim tidak terkait dengan kematian Warmbier.
Trump menyatakan, dia mencoba mempertahankan keseimbangan yang halus untuk membujuk Korut menyerahkan program nuklirnya. AS dan Korut menyatakan mereka berniat melanjutkan perundingan, tapi belum pasti kapan. Beberapa pengamat memuji Trump karena menolak membuat kesepakatan yang buruk.
Pengamat yakin, Korut memiliki 20 hingga 60 hulu ledak nuklir yang bisa mengancam wilayah AS jika dipasang di rudal balistik antarbenua. PBB dan AS meningkatkan sanksi saat Korut menggelar tes rudal dan nuklir pada 2017.
Washington menginginkan denuklirisasi yang bisa diverifikasi sepenuhnya sebelum sanksi dapat dicabut. Pyongyang menolak permintaan semacam itu. Presiden AS Donald Trump memperingatkan Korut tak memiliki masa depan ekonomi apa pun jika tetap memiliki senjata nuklir.
”Korut memiliki masa depan ekonomi luar biasa dan cerah jika mereka membuat kesepakatan, tapi mereka tidak memiliki masa depan ekonomi apa pun jika mereka memiliki senjata nuklir,” katanya saat Konferensi Aksi Politik Konservatif.
Dia menambahkan hubungan dengan Korut semakin kuat. KTT AS-Korut kedua di Vietnam berakhir tanpa kesepakatan. Trump menyatakan menjauh dari kesepakatan nuklir dengan Korut karena permintaan Pyongyang untuk pencabutan sanksi AS tak bisa di-terima Washington.(syarifudin)
Sumber : http://koran-sindo.com