Sama-sama Punya Nuklir, Inilah Momen Soviet Hampir Memulai Perang Dunia 3 dengan China - Radar Militer

17 April 2019

Sama-sama Punya Nuklir, Inilah Momen Soviet Hampir Memulai Perang Dunia 3 dengan China


Konflik ini dimulai lebih awal pada pagi hari tanggal 2 Maret 1969. Yakni saat 300 tentara China, yang telah berjalan di atas es di Sungai Ussuri yang beku sehari sebelumnya, menyerang 55 penjaga perbatasan Soviet di Pulau Damansky.
Satuan penjaga perbatasan di pulau Damansky
Satuan penjaga perbatasan di pulau Damansky 
Bantuan kemudian datang dari pos terdepan, Letnan Vitaly Bubenin menggunakan pengangkut pasukan lapis baja. Mereka mengalahkan China dalam serangan mendadak, dan memukulnya mundur dari pulau. Tapi pertarungan belum berakhir.
Pulau Damansky adalah sebidang tanah kecil tak berpenghuni (0,74 kilometer persegi) di Sungai Ussuri yang berfungsi sebagai perbatasan antara Uni Soviet dan China. Beberapa minggu sebelum bentrokan berlangsung, China mulai memprovokasi penjaga perbatasan Soviet, menuntut pulau tersebut agar diperuntukkan bagi China.
Dua minggu kemudian, Damansky sekali lagi berubah menjadi medan perang. Pada 15 Maret, seluruh divisi infantri menyerang pulau itu, memaksa Soviet mundur setelah beberapa jam bertempur hebat. Rusia yang marah membalas tembakan peluncur roket berat dari tepi yang berlawanan dan memusnahkan musuh. Aksi itu berhasil menghentikan pertempuran yang menewaskan 58 Soviet dan beberapa ratus tentara China.
Pada tahun 1950, China mengirim satu juta tentara "sukarelawan" untuk berperang dalam Perang Korea, di mana Moskow dan Beijing mendukung Korea Utara. Uni Soviet, pada saat yang sama, membantu orang miskin, pertanian, dan penduduk China.
Tapi aliansi dua raksasa merah itu tidak bertahan lama. Setelah kematian Joseph Stalin pada tahun 1953, hubungan antara kedua kekuatan mulai memburuk. Mao merasa cukup ambisius untuk mengejar kebijakannya sendiri, ketika ia membenci Nikita Khrushchev tentang "hidup berdampingan secara damai" antara blok sosialis dan Barat.
Jauh lebih radikal daripada Khrushchev, Mao bertindak agresif, menyebut AS "macan kertas" dan mengisyaratkan bahwa China tidak takut akan perang nuklir. Situasi semakin memburuk, ketegangan militer antara bekas sekutu meletus ketika Beijing menyatakan tidak mengakui perbatasan abad ke-19 antara USSR dan RRC.
Pada saat itu, China sudah memiliki senjata nuklir, sehingga konflik antara kedua negara sosialis itu bisa saja memicu Perang Dunia Ketiga dengan perang nuklir maha dahsyat dalam waktu singkat.
Cukup mengejutkan, bahkan setelah konflik berlangsung selama beberapa bulan (tanpa bentrokan langsung, hanya terbatas pada penembakan di seluruh pulau), kedua pihak kemudian berhasil mencapai perdamaian.
Pada 11 September 1969, Perdana Menteri Soviet Alexei Kosygin mengunjungi Beijing. Dia dan mitranya Zhou Enlai mencapai kesepakatan untuk berhenti berkonflik dan bernegosiasi untuk menggambar ulang titik perbatasan.
Selanjutnya pada 1989, Mikhail Gorbachev dan Deng Xiaoping menandatangani perjanjian tentang demiliterisasi perbatasan, dan menyatakan hubungan bilateral menjadi normal. Beberapa tahun kemudian, Uni Soviet tidak ada lagi, dan pada 1991 Rusia secara resmi menyerahkan Pulau Damansky ke China.(Muflika Nur Fuaddah)

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. Dan karena konflik ini juga RRC dapat "berkah"! "Berkah" karena berhasil menggondol tank T62 Soviet yang di-KO RRC buat dipreteli lalu ditiru dan dijiplak habis jadi tank Type 69. Hari sial buat T62! Baru pertama kali terjun ke medan tempur, langsung "diculik" dan ..... dijiplak oleh RRC.

    BalasHapus

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb