Eurofighter Typhoon, Pesawat Tempur yang Lahir untuk Membendung Serangan Soviet dan Pakta Warsawa - Radar Militer

26 Juni 2019

Eurofighter Typhoon, Pesawat Tempur yang Lahir untuk Membendung Serangan Soviet dan Pakta Warsawa


Kejadian yang sangat memalukan ini harus menimpa pesawat tempur kebanggaan Eropa, Eurofighter Typhoon. Dua pesawat milik angkatan udara Jerman yang tengah berlatih, bertabrakan di udara, Senin (24/6). Satu pilotnya dinyatakan gugur.
Kedua pesawat berpangkalan di Laage di dekat distrik Rostock yangmerupakan rumah dari "Steinhoff" Tactical Air Force Wing 73. Untungnya kedua pesawat tidak membawa persenjataan.
Eurofighter Typhoon Arab Saudi
Eurofighter Typhoon Arab Saudi 
Ini merupakan kecelakaan fatal ketujuh sejak Typhoon mulai beroperasi. Namun ini adalah pertama kalinya kecelakaan yang melibatkan dua Typhoon sekaligus. Hingga saat ini sebanyak 558 Typhoon sudah dibuat dan dioperasikan sejumlah negara.
Jika membuka lembaran sejarah Typhoon, kelahiran pesawat pencegat ini sejak awal memang sudah dihadang kesulitan. Lahir untuk menjawab ketakutan Eropa dalam menghadapi kemungkinan serangan air bah Uni Soviet dan Pakta Warsawa di era Perang Dingin, sejumlah negara Eropa keroyokan membuat pesawat tempur. Tidak mudah ternyata meski sudah dikerjain bersama.
Proyek European Combat Aircraft Project pun dibuat melibatkan Inggris, Jerman Barat, Italia, Spanyol, dan Perancis. Kemudian hari Perancis memilih jalan sendiri dan mengembangkan pesawat tempur sendiri yang dikenal sebagai Rafale.
Kerjaan bareng negara Eropa Barat itu kemudian dinamakan European Aircraft Programme (EAP) dengan pesawatnya dinamakan EFA (European Fighter Aircraft).
Singkat cerita, prototipe EAP/EFA akhirnya melaksanakan terbang perdana pada 8 Agustus 1986 di British Aerospace, Warton, Inggris.
Penerbangan yang menakjubkan, karena pesawat purwarupa ini langsung menunjukkan kelasnya dengan diajak terbang hingga Mach 1,1.
Lanjut pada 27 Maret 1994, prototipe DA-1 (first development aircraft) terbang dari fasilitas pabrik DASA di Manching, Jerman. Epat tahun kemudian, tepatnya September 1998, pesawat asli karya Eropa ini diberi nama aslinya yaitu Typhoon.
Produksi Typhoon dilakukan di empat pabrik perakitan di keempat negara. Yaitu Manching (Jerman), Getafe (Spanyol), Turin-Caselle (Italia), dan Warton (Inggris).
Inggris membuat bagian depan (kokpit, canard) dan sirip vertikal, Jerman membuat bagian badan termasuk air intake, Spanyol membuat sayap kanan, dan Italia membuat sayap kiri dan bagian belakang dekat cerobong mesin.
Karena sejatinya lahir untuk Perang Dingin, performa paling menonjol dari Typhoon adalah dalam urusan kecepatan, akselerasi dan kelincahan.
Inilah tiga kunci keunggulan Typhoon. angkasa.news sendiri pertama kali menyaksikan kehebatan manuver Typhoon dalam Singapore Airshow awal tahun 2000.
Kelincahan Typhoon di antaranya tak lepas dari sepasang mesin Eurojet EJ200 yang masing-masing menyemburkan daya 60 kN (kondisi normal) dan 89 kN (full afterburner).
Sementara sayapnya yang besar memungkinkan Typhoon mengusung muatan lebih banyak, kendati secara bobot atau tonase tidak terpaut jauh dibanding rival terdekatnya, Rafale.
Eurofighter Typhoon sendiri termasuk aktif menawarkan pesawatnya kepada TNI AU yang mencari pengganti F-5E/F Tiger II.
Kita masih ingat pada November 2014 dalam Car Free Day (CFD) di Jakarta, Eurofighter menggelar “Indonesia Lepas Landas”. Tak lama kemudian mock-up pesawat tempur Typhoon skala 1:1 juga ditampilkan di PTDI dan pameran pertahanan Indodefence di Kemayoran. (Beny Adrian)
Sumber : angkasa.news

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb