Boeing Australia sedang mempercepat pengembangan wahana udara tak berawak Loyal Wingman yang dikembangkan perusahaan di Melbourne dan Brisbane tersebut untuk Angkatan Udara Australia (RAAF).
Perusahaan itu telah mengembangkan laboratorium dan pengembangan prototipe dalam persiapannya untuk penerbangan perdana prototipe pada tahun depan.
![]() |
Drone Loyal Wingman |
Boeing telah menurunkan 15 pesawat test bed otonom untuk menyempurnakan algoritma kontrol otonom, fusi data, sistem deteksi objek, dan perilaku penghindaran tabrakan (collision avoidance behaviours), kata Dr. Shane Arnott, direktur Boeing Phantom Works International.
Arnott mengatakan, “Kami telah menerbangkan 10 dari test bed otonom tersebut dalam formasi menggunakan teknologi sistem misi kami.
"Kami terus meningkatkan kecepatan dan kompleksitas pengujian kami, yang terbaru dengan lima pesawat jet berkinerja tinggi berukuran besar dengan kapasitas untuk terbang hingga 300 kilometer per jam, sebelum penerbangan prototipe kecepatan penuh nanti."
Pada bulan Februari Pemerintah Australia mengumumkan program untuk mengembangkan pesawat prototipe yang akan menguji potensi pesawat militer tak berawak itu.
Loyal Wingman dirancang untuk melindungi dan memperluas kemampuan kekuatan udara dengan menggabungkan beberapa platform pesawat tak berawak dengan aset berawak seperti pesawat F-35 Lightning Australia untuk menyelesaikan berbagai misi.
Pesawat RAAF seperti F-35 dan F-18 Growler merupakan simpul komunikasi yang dapat mengasimilasi berbagai sumber dan mengendalikan banyak aset militer, termasuk pesawat tak berawak.
Arnott berkata, “Sistem misi dan pesawat terbang kami berkembang sangat maju dalam program desain dan pengujian kami yang ketat, didukung oleh adopsi rekayasa digital Boeing.
"Sebagai hasilnya, kami memiliki salinan digital live dari seluruh desain pesawat yang dapat kami "terbangkan" ribuan kali di bawah skenario yang berbeda untuk menguji kinerja pesawat dan sistem misi."
Tim Boeing menggunakan Laboratorium Analisis Sistem kelas dunia yang berbasis di Brisbane, Australia, untuk mensimulasikan dan memodelkan kemampuan misi kritis dan siklus hidup produk pesawat.
“Itu membuat perbedaan nyata dalam memastikan kami dapat mempertahankan jadwal yang ketat, dan menawarkan solusi teaming tak berawak yang benar-benar terjangkau untuk pelanggan global.”
Arnott menggambarkan Loyal Wingman sebagai 'attritable', yaitu kehilangan satu pesawat dalam formasi tidak akan mempengaruhi kemampuan sekelompok pesawat tersebut untuk menyelesaikan misinya.
Sekarang Boeing telah mengambil pembelajaran dari lab tersebut dan memajukan pengujian lapangan dari sistem misi yang dipasang pada pesawat yang ada.
Pesawat-pesawat tersebut adalah 15 pesawat test bed otonom yang bersama dengan hasil laboratorium merupakan langkah penting dalam memenuhi tujuan Program Pengembangan Lanjutan Loyal Wingman.
Boeing bekerja sama dengan RAAF untuk menyempurnakan solusi kerja tim berawak dan tak berawak untuk mengatasi kebutuhan operasional tertentu, dan memastikan pilot berawak dapat mempercayai dan dengan mudah memahami sistem tak berawak yang terbang bersama mereka.
“Ini telah secara signifikan mengurangi risiko dan mengurangi biaya program uji pesawat, dan meningkatkan ketahanan sistem misi untuk mendukung berbagai skenario ancaman yang mungkin terjadi.
“Kami telah menempatkan fokus khusus pada memastikan 'algoritma pengawas' dasar kami yang memberikan tingkat AI dan otonomi yang tepat untuk operasi tim berawak dan tak berawak.
“Aturan algoritma yang didefinisikan oleh pelanggan kami dirancang untuk memastikan operator yang memimpin armada tim dapat mengharapkan hasil yang sama setiap kali, dengan fokus pada membangun kepercayaan operator terhadap perilaku otonomi.”
Pekerjaan yang dilakukan di Australia itu juga berfungsi sebagai dasar untuk sistem kerja tim pintar tak berawak (unmanned smart teaming system) global yang diluncurkan Boeing di Avalon Airshow yang disebut Boeing Airpower Teaming System (ATS).
Dirancang dan dikembangkan oleh Boeing Australia dan ditenagai oleh AI, ATS adalah pesawat modular dan sangat dapat disesuaikan dengan kemampuan penerbangan sepertihalnya pesawat tempur.
Kristin Robertson, wakil presiden dan manajer umum Boeing Autonomous Systems, mengatakan Boeing melihat ATS bekerja sebagai mitra pilot yang sejati, di mana pilot pesawat berawak dapat meminta tim [drone] untuk melengkapi dan mendukung misi berdasarkan ancaman tertentu.
Robertson mengatakan: "Ini adalah tujuan kami untuk membantu pelanggan membawa kuantitas untuk bertempur dan untuk mengintegrasikan kemampuan kedaulatan, datalink, sensor dan sistem komunikasi dalam ekosistem platform yang lebih luas yang bekerja bersama.
"Pengujian yang dilakukan sekarang adalah langkah lain dalam memasukkan force multiplier ini pada pesawat tempur, tetapi dengan kepercayaan pada AI yang mereka butuhkan."(Angga Saja-TSM)
Sumber : aumanufacturing.com.au