Perbandingan Jumlah Senjata Nuklir AS dan Rusia - Radar Militer

05 Agustus 2019

Perbandingan Jumlah Senjata Nuklir AS dan Rusia


Pada akhir pekan ini, Amerika Serikat ( AS) mengumumkan mereka keluar dari perjanjian nuklir era Perang Dingin yang dibuat dengan Rusia.
Perjanjian bernama Kesepakatan Nuklir Jarak Menengah (INF) itu melarang pengembangan rudal jarak menengah yang bisa melaju antara 500 hingga 5.500 km.
Rudal Iskander
Rudal Iskander 
Namun Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ketika menghadiri KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, mengumumkan penarikan resmi setelah Rusia menyebut perjanjian itu sudah "mati".
Pompeo pun mengatakan bahwa AS sedang mencari perjanjian baru pengendalian senjata yang melebihi perjanjian bilateralnya dengan Rusia dan menyerukan agar Beijing turut dilibatkan dalam diskusi.
"AS menyerukan Rusia dan China untuk bergabung dengan kami dalam kesempatan ini untuk memberikan hasil keamanan nyata kepada negara-negara kami dan seluruh dunia," kata Pompeo.
Jika runtuhnya perjanjian nuklir itu membuat dunia, utamanya Eropa khawatir, berapa sebenarnya jumlah senjata nuklir yang dipunyai oleh AS dan Rusia?
Dilansir dari Federation of American Scientists per Juli 2019 via BBC, berikut merupakan perbandingan senjata nuklir antara AS dan Negeri "Beruang Merah":
1. Amerika Serikat
  • Total Senjata Nuklir: 6.185 
  • Dipensiunkan Namun Masih Utuh: 2.385 
  • Disimpan dalam Gudang: 3.800 
  • Ditempatkan secara Strategis: 1.750

2. Rusia
  • Total Senjata Nuklir: 6.500 
  • Dipensiunkan Namun Masih Utuh: 2.170 
  • Disimpan dalam Gudang: 4.330 
  • Ditempatkan secara Strategis: 1.600

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sudah menyatakan bahwa mereka khawatir dengan perlombaan senjata baru, dan menegaskan tidak ingin Eropa menjadi lokasi penempatan rudal nuklir.
Sementara Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg menyebut runtuhnya perjanjian masa Perang Dingin adalah "ancaman" bagi keamanan Eropa.
"Eropa tidak boleh mengalami babak baru dalam lomba membuat senjata," kata Schallenberg dikutip AFP. "Akhir dari perjanjian INF adalah ancaman bagi keamanan di Eropa," lanjutnya.
Schallenberg menjelaskan di tengah krisis yang terjadi, dia menekankan perlunya solusi diplomatik untuk membangun kembali kepercayaan dalam mencegah kolapsnya INF. (Ardi Priyatno Utomo)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb