Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper mengatakan, Pentagon telah menempatkan China sebagai prioritasnya di atas Rusia. Hal itu didasari pada upaya Beijing untuk merusak klaim teritorial tetangganya di Laut China Selatan.
Berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, Esper mengutuk China karena merusak hukum internasional dan melanggar kedaulatan negara-negara kecil.
"Hari ini, tatanan berbasis aturan internasional yang telah dibuat oleh Amerika dan sekutu-sekutunya sedang diuji. Pertama China dan kedua Rusia, sekarang menjadi prioritas utama departemen (pertahanan AS)," kata Esper.
![]() |
Militer China |
âKedua negara dengan cepat memodernisasi angkatan bersenjata mereka dan memperluas kemampuan mereka ke ruang angkasa dan domain siber, yang diperkuat oleh kekuatan militer mereka yang semakin meningkat," imbuhnya.
"Beijing dan Moskow tidak hanya melanggar kedaulatan negara-negara kecil, mereka juga berusaha merusak hukum dan norma internasional yang menguntungkan diri mereka sendiri,â ujar Esper seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (14/12/2019).
Pada tahun 2017, meletakkan rencana ambisius untuk Tentara Pembebasan Rakyat, Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa PLA harus dimodernisasi pada tahun 2035 dan menjadi militer peringkat teratas pada tahun 2050.
Beijing juga telah mengajukan klaim ânine-dash lineâ terhadap apa yang dikatakannya sebagai hak bersejarahnya di Laut China Selatan, dan telah membangun pulau-pulau buatan, tanah reklamasi serta membuat landasan terbang dan peralatan militer di perairan itu. Negara ini terlibat dalam perselisihan sengit dengan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Vietnam, mengenai wilayah tersebut.
"Upaya berani China untuk memaksa negara-negara kecil dan menegaskan klaim maritim tidak sahnya mengancam kedaulatan tetangganya, merusak stabilitas pasar regional dan meningkatkan risiko kemiskinan," tutur Esper, memperkuat bahwa apa yang disebut AS sebagai kawasan Indo-Pasifik tetap menjadi teater prioritas AS.
Esper juga mengatakan China tidak mematuhi norma yang ada di Laut China Selatan, sehingga melanggar status quo regional.
AS telah menerapkan strategi Indo-Pasifik, kombinasi kebijakan militer dan geoekonomi dengan harapan dapat menahan ekspansi militer China di Pasifik dan lautan India. Tujuan lainnya adalah untuk mengekang Belt and Road Initiative andalan Beijing dengan menyediakan model pengembangan alternatif bagi ekonomi di wilayah tersebut.
Esper mengatakan bahwa perilaku China sangat kontras dengan visi AS, yang menghargai dan memberikan peluang bagi semua bangsa, besar dan kecil.
"Pendekatan kami terus membuktikan dirinya lebih unggul dari China, sebagaimana dibuktikan oleh kemitraan kami yang berkembang di Indo-Pasifik," ucap Esper.
Esper menambahkan bahwa AS akan menahan China - dan memastikan kembali aturan serta perintah internasional yang ada - dengan semakin memperkuat hubungan dengan sekutu tradisionalnya.
âJaringan aliansi dan kemitraan Amerika Serikat memberi kita keunggulan strategis asimetris yang tidak dapat ditandingi musuh kita bukan hanya karena kemampuan dan peralatan militer kita yang unggul, tetapi juga karena nilai-nilai kita," ujarnya.
"Kami menawarkan sesuatu yang tidak dihargai oleh pesaing kami untuk kedaulatan dan kemerdekaan semua negara, kepatuhan terhadap hukum dan norma internasional, dan promosi kebebasan individu dan hak asasi manusia," sambungnya.
Esper mengatakan bahwa ia telah mengunjungi Indo-Pasifik dua kali sejak menjadi menteri pertahanan pada bulan Juli.
âSepanjang diskusi saya dengan rekan-rekan saya. Saya diingatkan betapa banyak negara di kawasan itu menginginkan kehadiran dan kepemimpinan Amerika," katanya.
"Mereka memandang kami untuk mencegah agresi, untuk memastikan akses bebas dan terbuka ke komentar vokal dan menegakkan aturan serta norma internasional yang sudah lama ada," lanjut Esper.
"Kami telah memasuki era baru kompetisi kekuatan besar," tukasnya. (Berlianto)
Sumber : https://www.sindonews.com/