PT Dirgantara Indonesia sedang menguji dan mengembangkan model seri terbaru CN-235 Gunship yang dipersenjatai dengan meriam tunggal kaliber 30 mm. Selama ini, tidak ada satupun dari seri atau varian CN-235 yang mengusung senjata.
![]() |
CN-235 Merpati Nusantara Airlines |
PT DI telah membawa model pesawat terbarunya itu untuk dipamerkan di Singapore Airshow 2020, 11-16 Februari. Sementara uji dan pengembangan masih terus berjalan sejak flying test bed untuk model pesawat itu diperkenalkan pada Agustus 2019.
Pesawat FTB CN-235 Gunship memanfaatkan pesawat tua yang sudah mangkrak selama enam tahun Bekas Pakai maskapai Merpati Nusantara Airlines untuk tahap pengujiannya. Pesawat itu, seri pertama CN-235-10, dimodifikasi sejak 2015 lalu hingga konfigurasinya menyamai seri terbaru CN-235-220 dan telah terbang perdana sebagai pesawat uji pencari prototipe pada 2019.
“Kami upgrade sampai menjadi versi terakhir,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan, saat memperkenalkan pesawat itu di kompleks PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jumat 23 Agustus 2019.
Serangkaian uji masih harus dilakukan sebelum lahir purwarupa CN-235 Gunship. Saat ini pesawat FTB CN-235 sudah menjalani uji terbang awal selama 10 jam 20 menit. Uji terbang ini dilakukan terbatas tanpa fungsi otopilot dan pressurize.
Ke depan, izin uji terbang 75 jam akan diajukan kepada Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Tapi, beda dengan uji terbang awal, pemasangan seluruh konfigurasi dasar harus komplet terlebih dulu. Termasuk menanamkan mesin General Electric CT7-9C3.
"Pemasangan sistem senjata baru akan dilakukan setelah semua tahap ini tuntas," kata Project Manager Flying Test Bed, Eko Budi Santoso, Kamis 13 Februari 2020.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan, sengaja menyiapkan pesawat Flying Test Bed (FTB) untuk pengembangan pesawat CN-235 di masa mendatang. Itu, menurutnya, bisa memangkas waktu produksi pesawat.
Sebelumnya, dia menerangkan, versi pengembangan CN-235 langsung di aplikasikan di pesawat milik pemesan, sehingga waktu produksi dihabiskan relatif lama untuk menunggu pengetesan dan sertifikasi. “Selama ini sering terlambat, karena kami jualan sekaligus di dalamnya ada development, dan development ini kami tidak tahu kapan selesainya dengan pasti,” kata dia, Agustus lalu. (Ahmad Fikri)
Sumber : https://tempo.co
Miris kemampuan buat sendiri alutsista tri matra dalam negeri baik proses TOT bahkan lisenci spt india make in india sangat perlu PT. PAL menunjukan ferforma bagus PT.DI masih belum dgn IFK nya PT. Pindad semoga bisa buat arhanud macam S-400
BalasHapus